16 Juli 2013

Ketika Fashion Menghinakan Manusia

Kemarin gue nonton Pacific Rim, and to be honest that was awesome. Yang membuat gue kehabisan akal sehat adalah animasinya. Kata teman gue ini film dibuatnya tanpa mocap (motion capture). Jadi bisa lo bayangin butuh waktu berapa lama buat ngerjain animasinya doang, dan itu gak bisa dikerjain hanya dengan segelintir orang.

Cukup sudah kita membahas Pacific Rim. Di postingan ini gue mau bahas tentang tren anak muda (menurut sepengetahuan gue) sekarang. Setelah habis masa skinny jeans, kali ini chino stretch lagi booming. Gak mau kalah gue pun beli ini celana di semester 1 lalu, waktu itu boomingnya belum parah. Sekarang? dari anak keren dan gaul sampai anak norak dan salah gaul punya celana ini. 

Di perjalanan gue ke 21 kemarin, gue terpaksa naik angkot karena emang pulang ke Lampung gak ngirim motor. Dari angkot itu gue nemuin banyaknya jumlah chino yang beredar. Melihat ini gue sedih. 

Kenapa?

Waktu gue di Solo semester 1 lalu, di Bus Rapid Transit gue bertemu dengan bule yang make chino pink, dan dia tetap keren di mata gue. Dan ketika itu booming, chino kehilangan harga dirinya. Ia melekat di orang-orang yang... yah bisa dikatakan kurang pantas. Gue bilang kurang pantas karena, ketika orang tersebut memakai jeans dia keren, dan ketika dia memakai chino dia hina. 

Perubahan nilai kesucian salah satu teman gue misalnya. Di salah satu pusat perbelanjaan, dia mengambil salah satu celana chino seukurannya, dan pergi ke antrean kamar pas.

Odo: Gue pake jeans cocok kan?
Gue: Hm... cocok sih..
Odo: Lo liat gue pake celana ini ya.

Lalu dia masuk ke kamar pas.

Odo: Gimana bi?!
Gue: ANJIR, GANTI SANA!

Begitulah, bahkan celana punya seleranya masing-masing. Huft.

12 Juli 2013

Hamster di Kincir Putar

Ini Ramadhan pertama gue semenjak berubah status menjadi anak rantau. Gak kerasa banget ya, ternyata gue udah jadi anak rantau sekarang. Padahal kayanya baru 19 tahun kurang setengah bulan yang lalu gue lahir. Itu gak lama kan? Eh, iya gak sih? Dan bagi gue, tahun ini tahun "pindah"nya gue. Mulai dari peristiwa pindahnya gue ke Solo, di Solo juga gue pindah dari kost ke kontrakan. 

Tapi.

Setelah satu tahun gak ketemu dia, gue pikir keadaan bakal berubah. Gue bakalan datang dengan fresh, tanpa memori masa lalu. Gue salah besar. Di setiap detik yang lewat di hari itu, di setiap menit yang habis buat menunggu, gue gelisah. Gue sadar, hati gue belum pindah. Waktu memang bergerak, gue juga, namun di lintasan yang sama. Berulang-ulang.

Iya. Persis kaya hamster di kincir putarnya. 

13 Juni 2013

"Bukan yang itu mba...."

Tidak ada komentar:
Jadi ceritanya kekoplakan hidup gue tidak sepenuhnya hilang. Ya, ternyata tidak. Mulai dari jumat malam yang lalu gue sakit, sampe sekarang kadangan masih demam, lalu turun, kemudian demam lagi, sampai turun lagi, gitu terus sampe hari ini.

Untuk beberapa hari yang lalu, gue yakin banget kena thypus. Dan dari pengalaman gue, ekstrak cacinglah yang dapat menyelamatkan seorang manusia di depan apotek belakang kampus itu (ceritanya manusia itu adalah gue). Gue malam hari diantar Fafa KW ke apotek, mau beli obat cacing.

Gue: Mba, ada obat cacing?
Apoteker: Cacingan mas?
Gue: Ha? Gak kok mba..
Apoteker: Kok nyari Combantrin? (sambil nyodorin combantrin)
Gue: Monyet. (dalam hati)

COMBANTRIN lo bayangin!

Eh, b-bu-buset dah. Gue kaget setengah mati, sehina apa gue dikasih obat cacingan?! Gue seketika melihat ke samping dan belakang, untung gak ada orang. Setelah gue sadar dari kaget setengah mati tadi, gue langsung membenarkan pesanan gue yang tadi.

Gue: Maksud saya untuk obat thypus mba.
Apoteker: Oh gitu... (waktu denger ini gue rasanya pengen jotos mbanya). 

Sumpah gue kesel abis. Akhirnya kita damai, mba apoteker kembali bekerja seperti biasa, dan gue pulang dengan hati dan harga diri terkoyak.