8 Mei 2016

Trilogi Patah Hati

2 komentar:
Jadi ceritanya beberapa hari terakhir ini, gue lagi demen-demennya bikin postingan dailyart di Instagram. Sayang kalau galau cuma dipendam, mendingan gue bikin karya sekalian. Dan emang dasarnya gue punya bakat galau, jadi alur cerita ngalir gitu aja di kepala gue, kaya banjir ibukota. 

Sewaktu magang dulu misalnya, gue sempet mencoba rutin bikin postingan karya. Biasanya postingannya gue bagi dalam 3 bagian, mulai dari sketch kasar, work in progress, sampai final artwork, bisa dilihat di akun instagram gue kok (promosi), jangan lupa di-like. Dan puncaknya kemarin malam, gue berhasil menyelesaikan cerita singkat berupa Trilogi Patah Hati, ketiganya punya latar lagu.

1. Gagal Bersembunyi - The Rain
Sebentar lagi naik pentas
Tapi ponselku tak kunjung nyanyi, tak jemu masih menunggu pesan balasmu
Menanti sedari dulu, sebuah asa tentang rasa
Harapku cemas mampu kau sadari, pahami, mungkin kasihani
Yang sengaja aku sembunyikan di segumpal daging merah tua, ketuklah
Kau tahu itu untukmu

Trilogi Patah Hati (1/3)



2. Memilihmu - Adhitia Sofyan

Lidahku senandungkan lagu Memilihmu
Bilakah kau dengar, bunyi nya parau sesak pilu
Nyanyiku tak merdu
Mungkin terbebani rindu yang bertamu tadi sore bersama jutaan air langit
Tumpah ruah menenggelamkan, tak memedulikan apa siapa dimana
Karenanya pula langkahku gontai
Tapi cukup beri aku hitungan menit, biar kering aku ringan, biar pergi layaknya semula

Trilogi Patah Hati (2/3)


3. こっちを向いてよ - WEAVER
Aku masih menunggu gerbong-gerbong terakhir, di peron tua yang bermuka baru
Semuanya kering, kecuali punggungku
Kiranya aku muak bersua muda-mudi masa kini, tak sampai hati, aku setengah berlari
Aku lelah, oksigen menipis, terkuras langkah berlari lunglai terbebani gitar
Barangkali aku berhalusinasi
Aku melihatmu, gadis berambut panjang bergaun merah di seberang peron

Trilogi Patah Hati (3/3)

1 Mei 2016

Biar Aku yang Rasa

8 komentar:
Beberapa hari yang lalu gue tiba-tiba kangen dengan twitter. Udah hampir 2 tahun terlewati semenjak gue tutup akun twitter. Ada beberapa hal yang menyebabkan gue tutup akun. Beberapa diantaranya adalah gue yang belum cukup dewasa untuk menggunakan hak bicara di media sosial dan orang-orang yang terlalu sensitif... kaya pantat. Gue memang gak bisa selalu benar, tapi ingat, cukup ingat... kalian pun sama.

Gue scroll layar monitor dari awal banget gue nge-tweet sampe akhirnya berhenti dan memutuskan untuk tutup akun, gue menelaah tiap kicau yang terlanjur keluar. Kesimpulannya? Gue ngakak dan geleng-geleng kepala. Setengah lebih dari kicau gue di dunia maya hawanya negatif, GALAU doang.

Kira-kira gini.
Sampah emang. Guenya.

Dan ada salah seorang temen yang entah mungkin merasa iba atau malah mungkin kelewat jijik gara-gara buka timeline isinya tweet galau gue mulu, akhirnya dia nge-mention gue begini.

Sadis.

Si Fakaw dan Ucup itu tadinya, TADINYA nasibnya sama kaya gue, jomblo. Tapi si Ucup berkhianat. Gue didahului oleh temen gue sendiri. Gue yang semenjak kuliah sering banget nonton Inital D malah kagak bisa nikung buat dapetin target gebetan. Ibarat kata anime Initial D, mungkin gue bukan Fujiwara Takumi, gue sohibnya doang, Itsuki, dan yap, doi selalu apes dan gagal bersembunyi dalam urusan cinta.

Tuh kan, ujung-ujungnya cinta lagi yang dibahas....

Kata kebanyakan temen-temen gue yang di Solo, gue ini orangnya baperan. Sedikit-dikit baper, nunggu giliran konsul TA baper, bahkan mau makan aja mereka bilang ada aja hal yang gue baperin. Hahaha. Mungkin benar sih, namun kadang kala mereka gak sadar bahwa, selama ini mereka yang terlalu serius menanggapi baper gue yang cuma bercandaan ini. Karena kalaupun gue baper beneran, gue lebih milih sendiri, ngeblog, kalaupun gue perlu curhat gue udah punya tempatnya.

"Galau mulu lu bi..." Gitu kata kebanyakan dari mereka.

Kalaupun benar, apa sih jeleknya galau? Toh gue bukan termasuk orang yang kalau lagi galau, ngebawa hawa negatif ke lingkungan. If you know me well enough, you'd know, I'm not that kind of person.

Karena aku pencinta
Bilamana ia tiba
Kan kusambut layaknya cinta

Karena aku serakah
Bilapun aku rasa
Tak seorang pun boleh bersua

Karena aku miliki
Biar kucicip sendiri
Tak sampai hati ku untuk membagi

Karena aku temukan
Biarpun mereka enggan
Ada indah di galau kusimpan

Karena kau tak suka
Jadi biarkan saja
Biar aku yang rasa