Sehari setelah Pasar Seni ITB 2014, tepatnya hari Senin 24 November 2014 adalah jadwal gue pulang ke Solo lagi. Berhubung kereta berangkat pukul 20.00 WIB dari Stasiun Kiaracondong, gue (seharusnya) masih punya waktu seharian buat keliling Bandung yang pada akhirnya gak kesampaian. Inter yang seharusnya menjadi guide gue tiba-tiba harus ke kampus pagi hari hingga sore harinya. Gue bisa apa. Tapi di satu sisi ada positifnya juga, gue yang kemarin terpaksa berjalan seharian dengan kecepatan tidak lebih dari 5 cm/s pun punya waktu istirahat.
Sempat bingung mau ngabisin waktu dengan cara apa, secara motor Inter juga dibawa sama orangnya. Untungnya koneksi internet kost dia bagus, gue pun seharian streaming-an film-film lama. Gue inget banget waktu itu iklan Line AADC lagi anget-angetnya, gue tonton lagi aja. Bukan. Bukan Choky si anjing kost yang gue maksud. Pas lagi asik nonton, tiba-tiba koneksi down selama 30 menit.
Gue hampir jadi fosil.
Gue yang gak ada kerjaan pun ngubek-ngubek isi laptop Inter (tanpa izin). Dan terjadilah pertemuan gue dengan folder bernama Srabiisi. Haha! Ada file foto dan video disana. Gue double click di salah satu file foto, interface laptop pun beralih ke mode full screen. Memori gue memutar cepat seiring foto-foto di folder itu bergantian memenuhi layar. Dari satu file ke file lainnya. Sampai suatu ketika, sebuah wajah yang familiar muncul diantara wajah-wajah lainnya.
Like an idiot, i've just stupidly smiled at the monitor.
Oh ya, gue juga nemu foto kelas kita waktu lagi mata pelajaran olahraga sama guru PPL. Pak Aris namanya. Waktu itu beliau jadi salah satu murid di sekolah keguruan di Kota Metro yang magang di SMA Negeri 2 Bandarlampung. Tebak, gue yang mana!
Ingat. Gue yang dulu bukanlah gue yang sekarang! *kemudian nyanyi~~
Ini ada video yang keren banget, dimana di dalam video tersebut gue yang (sayangnya hanya) tampak dari belakang lagi rajin nugas, walaupun gak ada guru. Sebuah kejadian yang hanya terjadi setiap 76 tahun sekali. Yap, persis kaya fenomena komet Halley. Video ini juga menunjukkan betapa besarnya dedikasi gue sebagai pelajar yang pandai, rajin menabung dan tidak sombong.
Malam itu Bandung lagi hujan. Hujannya deras segan reda tak mau, untungnya kita masih sempat ke Kiaracondong tanpa basah-basahan. Sialnya adalah, tiket kereta pulang ke Solo ternyata masih dipegang sama Ucup. Begitu gue kabarin, dia langsung ke stasiun. Semoga masih sempat. Dan 10 menit jelang keberangkatan, dia sampe ke stasiun. Dia langsung ngasih tiket gue.
Gue: Loh, tas lo mana? Nobel ama Hendi mana?
Ucup: Nah itu... mereka masih kejebak hujan bi, kayanya gak bisa pulang malem ini deh.
Gue: Lah terus gimana?
Ucup: Lu pulang duluan aja gak apa bi, gue besok aja sama Nobel.
Gue yang dari awal ngeliat ucup jalan ke arah stasiun tanpa tas sebenarnya udah curiga. Dugaan gue benar, kita yang berangkat bareng terpaksa gak pulang bareng. Mau gimana lagi, gue yang udah kehabisan uang pun terpaksa harus pulang malam itu juga.
Ditemani kopi dan nasi goreng kereta, gue pun pulang dari Bandung.