18 November 2014

AADC

2 komentar:
Beberapa waktu lalu sebagian besar dari kita sempet heboh dengan iklan Line soal kelanjutan cerita AADC. Rangga yang 12 tahun pergi ke Amrik dan gak pernah ngasih kabar, tiba-tiba ngechat Cinta. 

Rangga:  Cinta?
Cinta:  Rangga? apa kabar?
Rangga:  Saya besok ke Jakarta 2 hari, bisa ketemu?
Cinta:  Aku di Bekasi...
Rangga:  Bye...

Bekasi lagi... Kadang suka kasihan sama orang yang tinggal di Bekasi, salah mereka apa? kedzaliman apa yang pernah mereka buat sampai harus dibully? ke Bekasi harus naik pesawat Apollo nomor berapa?

Eniwei, meskipun sama-sama AADC, tapi AADC yang gue maksud bukanlah film Ada Apa Dengan Cinta. Nyerempet pun gak. AADC yang gue alami bukanlah cerita cinta dua insan manusia, melainkan cerita antara gue dan seekor anjing peliharaan pak kost. Choky namanya. 

Biar gue ceritakan sedikit, kost gue yang sekarang ini lahannya gabung sama bapak kostnya. Total kamarnya cuma ada 3, dan yang nempatin cuma gue sama Nopal (temen kontrakan horror gue dulu), baca ceritanya disini. Meskipun berbeda keyakinan, bapaknya baik banget sama gue. Makanya sampai saat ini gue belum pernah kepikiran buat jihad dan tiba-tiba ngebom rumahnya pak kost. Salah satu bentuk kebaikan bapak kost adalah, makanan. Gue sering dikasih makanan sama beliau, mulai dari nasi kotak sampai snack ringan, semuanya pernah jadi saksi metabolisme perut gue.

Tapi, akhir-akhir ini kost gue jadi gak aman. Helm gue dan sepeda Nopal bergantian raib dalam kurun waktu kurang dari seminggu. FYI, helm yang barusan hilang adalah helm kedua gue selama kost di Solo. Kampret, 2 tahun di Solo uang gue udah habis lebih dari 500 ribu cuma buat helm doang. Kemudian sepeda Nopal, sepeda yang udah dia niatin bakalan jual secara tragis hilang. Padahal malam sebelumnya dia masih jaga sampai pukul 1. Paginya? 

Pak Kost:  Dek, bangun dek! (sambil gedor-gedor kamarnya)
Nopal:  Oh iya, ada apa pak? 
Pak Kost:  Sepedamu ada yang minjem gak?
Nopal:  Gak kok pak, ban-nya masih bocor kok, kenapa pak?
pak Kost: ... berarti kemalingan..
Nopal: SERIUS PAK?!

















Kemudian terdengar dari kejauhan lagunya Cita Citata - Sakitnya Tuh Disini.

Sepedanya udah raib, menyisakan sebuah kursi yang diposisikan di samping pagar serta rasa sakit. Gara-gara kejadian ini, anjing bapak kost yang biasanya ditaruh di depan kost sekarang dipindahin ke pekarangan deket kamar kost. Dengan adanya anjing penjaga gitu diharapkan para maling gak cuma pada mikir sekali, dua kali, tiga kali, tapi.. empat kali! bahkan kalau perlu lima kali dan seterusnya sampe mereka gak bisa mikir lagi. Anjing pak kost memang diharapkan bisa mengenali maling langsung dari niatnya, walaupun sebelum eksekusi mereka gak baca niat dulu. Tapi apa yang terjadi?Bukannya maling, tapi malah gue yang jadi korban gonggongannya di malam hari. 

Dasar ANJING!

Gue yang kemarin-kemarin pulang kemaleman gara-gara ngerjain tugas dan nongkrong dulu disangkain maling sama si Choky. Waktu itu udah pukul 1, gue yang pulang berdua sama Nopal pun udah waswas aja, jadinya sebisa mungkin kita gak ribut waktu buka pagar dan masukin motor.

Nopal:  Bi, selau aja masukin motornya ntar yak, biar gak ngebangunin si Choky..
Gue:  Selau men, paling juga dia dah tidur (sambil masukin motor)

Ternyata bener, si Choky waktu itu emang lagi tidur. Gue yang tadinya waswas pun mengendorkan pertahanan gue dan dengan pedenya ngomong ke Nopal.

Gue:  Psst! Selau masbro, si Choky...
Choky:  GUK GUUK! GUUUUK! GUK GUUK!
Gue:  ANJING!
Nopal:  Haha..

Karena trauma sempet digonggongin si Choky, gue yang emang lagi ada kerja kelompok di 2 malam selanjutnya memilih untuk tidur di kost temen. Dan kemarin, gue yang pulang pukul 2 pagi setelah lagi-lagi kerja kelompok gak digonggongin sama sekali. Padahal gue masukin motor dalam keadaan mesin nyala, gue juga sempet masuk ke kamar mandi dan wudhu sambil jebar-jebur, dia anteng-anteng aja. Jadi, ada apa dengan Choky?

11 November 2014

Sungha Jung

6 komentar:
Gila. Weekend kemarin emang bikin gue taubat nasuha. Gimana nggak, uang sejumlah 1,6 juta habis cuma dalam waktu 3 hari. 1,6 JUTA dalam 3 HARI! Tapi 1,6 juta itu gak ada apa-apanya sama pengalaman yang gue dapat dalam 3 hari itu.

1. Permagangan di Ads Agency dan Portofolio






















800 ribu pertama habis buat beli pen tablet dari kakak sepupu gue. Di rumahnya kita sempat ngobrol dan sharing bareng perihal kuliah gue. Dan Alhamdulillah, gue juga disuguhin teh. Disana gue dapet banyak pencerahan perihal dunia magang, portofolio, maupun ads agency yang mungkin bakalan gue masukin nanti. Disitu gue sadar bahwa bekal yang gue punya sekarang belum cukup dan masih harus banyak belajar. Alhasil, gue dapet lebih dari sekedar benda bernama pen tablet, gue dapat teh.

2. Kebersamaan
350 ribu yang kedua habis buat belanja. Iya. Belanja. Kadang suka geli sendiri kalau ngebayangin diri sendiri belanja. Coba deh bayangin gue belanja gimana. 

Gue: Tumbas.... bu tumbas bu.
Penjual: Tumbas nopo mas?
Gue: Hati yang utuh enten bu?

Memasuki umur 20 tahun membuat gue sadar akan sesuatu, gue gak muda lagi. Sebuah fase dimana gue bangga akan status teenager yang melekat pada diri sendiri udah hilang. Menyadari gue udah bukan teen-aged-boy lagi itu antara sedih dan seneng. Intinya adalah pergantian fase itu menuntut seseorang untuk berubah. Dan selain perilaku, yang gue rasa harus diubah adalah penampilan.

Sebuah proses perubahan dari nista menjadi fashionista menjadi tak terelakkan. Segala macam pakaian atau kebiasaan remaja dulu udah mulai gue coba hilangkan. Cuma satu kebiasaan yang susah hilang, galau. Untungnya waktu belanja kemarin gue gak belanja sendirian, ada Karez dan Ardhan yang nemenin gue. Pikiran gue cuma satu saat itu, cari barang diskon dan barang beli 2 gratis 1. Alhasil dapat celana jeans dan kaos biru dengan potongan harga mencapai 220 ribu. 

Ternyata benar, bersama kita pasti bisa.

3. Sungha Jung
450 ribu terakhir ini habis buat nonton live performance-nya Sungha Jung. Sebuah konser yang gagal gue datangi di tahun-tahun sebelumnya yang cuma diadakan di Jakarta dan Bandung. Begitu dapat kabar bahwa dia bakalan manggung di Yogyakarta tahun ini, gak pakai lama gue langsung pesan tiketnya. Sebuah ucapan terima kasih teruntuk Nur Anisa Mardhotillah yang bersedia ngabarin gue tentang konsernya Sungha Jung. Kalau gak dikabarin sama doi, mungkin aja gue bakalan semedi di kost seperti biasanya.























Ini tiketnya.

Konser dimulai sekitar pukul 19.30, dan sebelum Sungha Jung tampil ada opening act dari anak-anak Indonesian Fingerstyle Guitarist Community Yogyakarta. Opening act dari IFGC terbilang keren, mereka udah bisa ngangkat moral penonton bahkan sebelum Sungha keluar. Sekitar lebih kurang setengah jam sejak opening act anak IFGC, Sungha keluar dengan gitar Lakewod-nya. Penonton yang mayoritasnya cewek langsung pada teriak-teriak. Takut kalap dan teriak histeris, sebisa mungkin gue mencoba kalem ngeliat salah satu fingerstyle guitarist kesukaan gue manggung didepan.

Konsernya dibagi 2 sesi, dan masing-masing sesi 5 lagu dan diselingi 15 menit waktu istirahat. Di sesi pertama ada 5 lagu ciptaan dia, yang gue inget cuma Flaming dan Gravity. Di sesi kedua, dia bawain lagu-lagu cover, ada Somebody That I Used To Know (Gotye), Lost Stars (Maroon 5), While My Guitar Gently Weeps (The Beatles), satu lagi gue lupa judulnya.

Sungha: The next song is the last song for tonight...
Penonton: Aaaaaaaaaahhhhh (teriakan penyesalan)
Sungha: This song is special, i dedicated it to you guys, my Indonesian fans...
Penonton: Aaaaaaaaa (teriakan cinta)
Sungha: So i'll play an Indonesian pop song..
Penonton: Kyaaaaaaaaaaa (teriakan bangga)
Sungha: The title is Dekat di Hati.
Penonton: Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa, Kyaaaaaaaaaaaaaa (Teriakan cinta dan bangga)

Teriakan terakhir tadi seolah menasbihkan bahwa semua lelaki ganteng di ruangan itu berasa hilang, yang ganteng cuma Sungha Jung doang. Gue bisa apa.




























Sungha Jung lagi perform.

Secara umum gue puas,
Because i didn't spend my money on things.... i spent it on experiences.
So hopefully i'll enjoy my life a lot more.

15 Oktober 2014

MusicArt Exhibition

Tidak ada komentar:
Hari udah memasuki hitungan H+4 sejak penutupan acara MusicArt Exhibition di Taman Budaya Jawa Tengah, tapi perasaan semacam euforia yang gue rasakan gak kunjung hilang. Euforia itu terus-terusan menyala dalam lubuk hati gue yang terdalam (syaelah) karena acara ini bisa dibilang tergolong berhasil. Setidaknya itu yang gue rasakan, dan untungnya beberapa senior pun memang gue dengar mengiyakan keberhasilan acara ini.




























Ketika ditanya soal berkesan atau tidaknya acara ini gue mungkin akan jawab, berkesan. Jelas aja, seperti yang udah pernah gue sebutin di postingan sebelumnya, acara inilah yang gue maksud (acara yang gue pimpin). Gile aje, siapa yang gak bangga ketika acara yang dia ketuai disebut-sebut berhasil men... Tapi untungnya sedikit rasa bangga gue itu gak serta merta menutup mata gue akan segala kekurangan yang ada di acara ini. 

Acara MusicArt Exhibition kemarin memang punya kekurangan yang bisa dibilang gak sedikit. Namun satu yang paling fatal adalah molornya pembukaan. Acara pembukaan yang seharusnya bisa dimulai pukul 18.00 WIB terpaksa ditunda hingga satu jam. 

SATU JAM. 

Please men.. Gue udah hampir berak di celana. Parahnya lagi adalah gak ada tanda-tanda bahwa bakalan ada keramaian yang tercipta setelahnya. Waktu udah menunjukkan pukul 18.15 WIB dan parkiran motor masih lengang. Waktu itu gue panik seperempat hidup, kenapa? soalnya tiga perempat nyawa gue udah melayang. Gue dihadapkan pada dua pilihan yang lucu nan menggemaskan. Di satu sisi, gue bisa aja bersyukur karena pembukaan masih mungkin ditunda. Sementara di sisi lainnya gue dituntut panik karena pembukaan bakalan molor. Tapi untungnya kerjaan setting galeri selesai tepat dengan mulai ramainya pengunjung yang kemudian duduk di kursi yang telah disediakan.

Pembukaan pun dimulai, dimulai dengan kata sambutan gue yang cukup ngaco. Gue gemeteran hebat, pertama karena gue cukup menyesalkan acara pembukaan yang molor banget, gue bahkan gak tau mau taruh muka gue dimana. Kedua karena gue belum makan dan tidur dari sehari sebelum pembukaan, gue yang orangnya bisa dibilang panikan gak sanggup buat tidur dan makan. Diantara rasa lemas itu gue coba tahan biar gak collapse, gue ngomong sekenanya sampe selesai.





















Habis gelap terbitlah terang. Persis banget kaya ungkapan Kartini tadi, dibalik cerita kelam persiapan MusicArt Exhibition, acara pameran ini cukup sukses. Gue bahkan diwawancarai 2 kali men, asoy. Satu dari pihak buletin fakultas Kalpadruma, dan yang kedua dari pihak SoloEvent melalui mas Reza Darmawan. Buat yang mau baca artikelnya, ini linknya Gara-gara MusicArt Exhibition, Taman Budaya Jawa Tengah disulap jadi Ruang Pamer.












Nama gue terpampang disitu men, akhirnya. Oh ya, surat kabar Suara Merdeka selaku media partner acara ini juga rencananya besok bakalan memuat berita mengenai MusicArt Exhibition loh.

Oh ya, pada follow akun @teamsinestesia di twitter maupun instagram ya, karena kita bakalan ngasih update perihal event-event mendatang yang pastinya gak kalah seru dibanding MusicArt Exhibition. Ciao.