13 September 2014

Proses Evolusi

Tidak ada komentar:
Bosan, bisa jadi adalah alasan utama gue vakum dari dunia blogging 6 bulan yang lalu. Hidup gue yang dulunya selalu dipenuhi oleh hal-hal konyol bisa dibilang hampir sepenuhnya hilang. 

Gue bahkan gak pernah minum Kiranti lagi. 

Semua hal konyol yang biasanya lewat dan jadi bagian dalam proses gue menuju kedewasaan pelan-pelan mulai hilang semenjak status gue sebagai siswa SMA yang diharuskan move on berubah jadi mahasiswa yang moving on. Hal-hal konyol itu berubah jadi permasalahan yang menuntut keseriusan. Semua permasalahan yang ada di hidup gue sekarang menuntut gue untuk terus berevolusi, menjadi manusia yang baik. Pada akhirnya gue harus ikut berubah sebagai satu-satunya cara biar gue tetap bisa bertahan dari seleksi alam yang ada.

Ada banyak cara yang sejauh ini udah gue praktikin demi evolusi itu. Satu diantaranya yaitu:

Jalan-Jalan.

Misalnya aja, gue jadi lebih berani jalan-jalan. Dulu kala, gue selalu mikir-mikir sebelum ngelakuin segala sesuatu yang baru, sebelum minum Kiranti gue juga sempet mikir. Lalu gue sadar dan mulai mencoba hidup yang penuh spontanitas. Dan hal-hal baru semacam itu ternyata bisa buat gue tetap waras. Dan kalau postingan terakhir gue adalah cerita pendakian gue ke Lawu, kali ini gue jadi saksi kesederhanaan Dieng.

1. Selfie

Perjalanan Frodo Baggins (kedua dari kanan) dan teman-temannya dalam mengembalikan cincin terkutuk ke Mordor memang bukan hal yang mudah. Demi menyiasatinya, mereka selfie dulu di Dieng. 




















Ketiga orang di atas (termasuk gue) merupakan karakter utama sekaligus saksi bisu dalam komik Tri Mas Ketir yang dulu pernah gue post di blog ini. Dari yang paling kiri ada Doni, Anja, dan Ibad.

2. Telaga Warna
Waktu lagi ngambil foto ini cuacanya rada mendung, tapi warna dari telaga masih tetap ada dan kelihatan terang. Ajaib memang.

3. Kawah Sikidang
Matahari lagi terik-teriknya, tapi harus naik ke atas bukit. Tapi langsung dibayar lunas dengan view yang luar biasa. 

Di kawasan kawah ini juga gue ketemu sama turis luar yang bawa bayi, dimana bayinya itu gede banget, kira-kira hampir dua kali ukuran bayi hasil perkawinan orang pribumi. Pokoknya cukup gede sampai titik dimana gue pengen banget nyeritain hal ini di blog.

4. Candi Arjuna
Kawasan Candi Arjuna yang kece abis. Kalau cuaca lagi bagus, Kita bisa dapatin foto sunset yang keren di wilayah ini, sayangnya waktu gue kesana langitnya lagi jelek.

5. Mie Ongklok
Jajanan khas daerah Dieng, Wonosobo yang satu ini is a must. Kalau belum nyoba ini bisa dibilang perjalanan kalian ke daerah ini sia-sia, kalian bakalan termasuk ke dalam golongan orang-orang yang merugi. Sumpah.

Demi dapatin 5 poin penting dalam proses evolusi yang gue sebut diatas, gue hampir kehilangan indra perasa bokong gue. Perjalanan 4-5 jam dari Solo udah cukup buat gue teriak-teriak di jalanan. Untungnya bokong gue masih bisa terselamatkan.

13 Maret 2014

Di Atas Awan

5 komentar:
Gue mau nyeritain pengalaman gue naik gunung untuk yang ketiga kalinya nih. Sampai yang ketiga kemarin ini, gue memang belum pernah cerita lewat blog ini, kenapa? Karena di perjalanan ketiga inilah akhirnya gue sampai ke atas. Di perjalanan ketiga inilah gue akhirnya bisa melihat langsung detik-detik matahari terbit dari persembunyiannya. Terdengar klise memang, tapi biar bagaimanapun gue tetap harus bilang bahwa pemandangan yang gue lihat langsung saat itu memang keren banget.

Berikut ini adalah foto yang berhasil gue ambil sambil menahan dinginnya udara di ketinggian +3000 mdpl. Dan yap, di foto ini gue sedang berada di pos terakhir di jalur pendakian Cemoro Sewu-nya Gunung Lawu.


Oh ya, sebelumnya gue udah pernah kok naik Gunung Lawu.

Di percobaan pertama, gue cuma bisa sampai di pos 3. Berangkat dari bawah sekitar pukul 7 malam, dan sampai di pos 3 sekitar pukul 12 malam. Anak-anak langsung pada gelar matras, nyalain api pakai parafin dan buat kopi jahe. Sewaktu berusaha berjalan menuju alam mimpi, udara dingin bergantian datang merajam raga. Begitu mau naik lagi, tiba-tiba teman gue ada yang udah gak kuat lagi, kakinya udah sakit-sakitan. Akhirnya kita cuma bisa pulang dengan membawa beberapa foto yang diambil dari pos 3. Ngomong-ngomong, pos 3 di Gunung Lawu itu hitungannya udah ada di atas awan. Jadi ya, meskipun menyesal tapi udah lumayan terhibur lewat pemandangan dari situ.

Sedangkan di percobaan kedua, gue dkk cuma bisa sampai di pos bayangan 2, cuaca malam itu gak memungkinkan buat mendaki, cuaca yang bisa menyebabkan badai datang kapan aja. Disitu gue dilema berat, padahal badai di hati gue aja belum reda-reda dari 3 tahun yang lalu. Karena petir dan gemuruh sudah saling sahut, anak-anak pun turun lagi dengan tangan kosong dan raut kecewa namun sok tegar. Dan gue, masih dengan hati yang bergemuruh hebat.























Tapi di tanggal 11 Maret 2014, tepatnya Selasa kemarin. Akhirnya gue berhasil menapakkan kaki kami di pos 5 di Gunung Lawu ini. Disitu gue bersyukur banget, gue bisa lebih dekat dengan salah satu ciptaan Allah yang gue kagumi, alam. Seolah-olah gue diingatkan, betapa kecilnya gue di mata Allah. Jadi begitu gue sadar bahwa gue udah ada di atas awan, gue cuma bisa senyum dan geleng-geleng kepala. Disitu gue juga mikir, kenapa masih ada manusia yang gak bisa sedikit aja bersyukur atas nikmat yang dikasih Allah setiap harinya.

Karena gue orangnya lumayan drama, gue play tuh lagu Nidji - Di Atas Awan. Gue berasa keren.

25 Februari 2014

They Praised My Post

Tidak ada komentar:
Beberapa hari yang lalu gue menemukan sesuatu yang menarik perhatian gue. Bukan. Kali ini bukan tentang cewek. Maksud gue subjeknya tetap cewek, tapi bukan tentang... ah syudahlah.

Pernah gak sih kalian search nama, alamat blog, atau apapun tentang kalian di search engine? Buat yang udah pernah, gue yakin kalian bakalan menemukan sesuatu yang menarik. Bisa aja kalian secara gak sengaja nemu nama kalian sebagai objek di tulisan orang lain. Gue sendiri sering memakai orang lain sebagai objek tulisan di blog. Gue sangat menghargai teman-teman gue. Kalau ada kejadian seru pasti langsung gue angkat mereka ke blog, gue puji-puji mereka, gue apresiasi, dan gue bully.

Kegiatan semacam ini bisa disebut stalking apabila kita mulai melibatkan orang lain sebagai objek pencarian. Dan 78% biasanya dilakukan dengan gebetan sebagai objek utama. Beruntunglah bagi kalian yang gebetannya termasuk dalam kaum yang gaul internet, besar kemungkinan dia punya tumblr, blog, facebook, twitter dan socmed lainnya yang bisa di-stalk. Kalau gak? Selamat berjuang dengan cara konvensional.

Nah, berhubung gue gak punya objek buat di-stalk. Jadilah gue iseng ngetik nama gue di google, dan hasil pencariannya pun Alhamdulilah ya. Masih dikenali google. Gue menemukan beberapa hal tentang gue di page pertama, tapi kebanyakan tentang twitter. Gak ada yang istimewa. Karena gue masih belum ada kerjaan, keisengan gue berlanjut. Gue mengganti keyword pencariannya dengan alamat blog gue.



Begini.

Nah disini bagian yang menarik. Gue menemukan bukti bahwa blog gue ini (setidaknya) pernah dibaca orang, yang bukan teman gue. And they praised my post, Did they not?







































Wait.... did they?