6. Pendekatan

Salah satu keseharian Dinda adalah membawa bekal, aku berencana mengikutinya agar pada jam istirahat aku bisa makan bekal bersama dia di kelas karena biasanya aku makan siang di kantin Mbak Sri atau Pak Min.

"Ma, besok Nanda bawa bekal ya Ma.”
“Kok tumben, ada apa Nan?”
“Ya nggak apa–apa, biar lebih hemat aja hehe...”
“Yang bener? Dulu waktu SMP Mama suruh bawa bekal nggak mau, katanya malu, cowok, udah gede, kok bawa bekal. Pasti ada apa-apa ni kamu.” Ibuku mulai curiga.
“Beneran, soalnya ada beberapa temen yang bawa bekal, kayanya enak gitu ngeliatnya.”
“Hmm... yaudah ntar bilang Mbak biar besok disiapin. Kamu mau bawa bekalnya besok doang apa tiap hari?”

Sejenak aku berpikir apa iya aku harus bawa bekal tiap hari?

“Ini aja Ma, tiap Selasa, Kamis, Sabtu biar selang-seling.”
“Iya, tapi uang jajannya dipotong ya, kan udah bawa bekal.”
“Yaahh... jangan dong ma, uang jajan yang sekarang aja ngepas.”
“Hmmh... Nanda... Nanda... Mama kurangin dikit aja ya.”
“Yah.. oke Ma..”

Yap, rencanaku berhasil. Semenjak hari itu setidaknya 3 hari dalam seminggu aku memiliki waktu lebih bersama dia. Walaupun kami sudah sering berbincang dan SMS tapi topik obrolan kami seolah tidak ada habisnya. Tak hanya itu, aku kerap menemaninya ke perpustakaan sepulang sekolah mencari bacaan untuk tugas dan ke toko buku untuk mencari novel. Tanpa sadar aku jadi hafal bagaimana cara dia makan, belajar, membaca dan hal kecil lainnya yang selalu terngiang saat aku ingin tidur. Jika sudah sejauh ini aku yakin, inilah yang namanya cinta pertama. Aku memutuskan untuk bercerita ke Kamila. Dengan segala nasihatnya bak dewi cinta, aku diceramahinya.

"Yaudah Nan, lo mau nunggu apalagi? Udah sedeket itu!”
“Tapi gua belom yakin Mil, kalo ternyata dia nggak suka sama gua gimana?”
“Nih ya, semua itu nggak akan tau kalo nggak dicoba, intinya yang penting dia tau dulu perasaan lo! Lo itu cowok!”
“Lha emang ngaruh ke gender ya kalo gua cowok?”
“Naaan..! tau ah pusing gua ngomong sama lo. Terserah lo deh, pilih ungkapin atau lo bakal nyesel selamanya!”

Untuk urusan cinta aku pikir Kamila sedikit “lebay” atau mungkin dia benar dan aku yang terlalu polos ya? Entahlah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar