9. Ceroboh

Belum sempat Dinda menjawab, hal tak terduga terjadi. Ternyata Adit, murid laki–laki yang tempat duduknya tepat di depan Dinda sedari tadi tidak sengaja mendengar obrolan kami. Apalagi saat dia mendengar kata–kata “gua mau ngomong sesuatu sama lo.” Aku yakin mindset anak muda zaman sekarang jika mendengar kalimat itu pasti sudah dikaitkan jika orang tersebut ingin mengungkapkan cintanya. Ya benar saja, aku sendiri pun melakukannya. Bodohnya aku tidak mempertimbangkan hal semacam ini, jika tahu begitu aku akan mencari tempat lain.

“CIYYEEE.... NANDA MAU NEMBAK DINDA WOY HAHAHA...!!” Teriak Adit secara spontan hingga semua murid di kelas sorot matanya tertuju kepadaku. Aku sejenak melihat sekelilingku dengan ekspresi seperti maling yang ketahuan ingin mencuri.
“Ih, apaan enggak ya..” Aku berusaha berkilah. Namun satu per satu murid di kelas ikut meneriakiku.
“Ciye... Nanda, sikat Nan, Kita dukung nih kita tonton haha...”
“Tembak! Tembak! Tembak! Tembak! Tembak!” Begitu terus mereka meneriakiku sambil bertepuk tangan. Berulang kali aku berkilah namun seakan tidak ada gunanya, mereka tetap meneriakiku hingga aku tak bisa berkata–kata. Wajahku memerah malu dan Dinda hanya tersenyum kecil melihat semua kejadian ini. Begitu terkejut dan malunya aku, akhirnya aku hanya memberikan film tanpa mengungkapkannya kepada Dinda seiring teriakan massa yang memudar karena merasa kecewa aku tidak melanjutkan tindakanku sesuai apa yang anak–anak kelasku teriakkan. Aku langsung kembali ke kursiku lalu mengobrol dengan Angga dan Tio sekaligus untuk menutupi rasa maluku walaupun aku tetap saja menjadi bulan-bulanan mereka akibat kejadian barusan.

"Lo serius tadi itu mau nembak Dinda?" Tanya Tio.
"Apaan, cuma mau ngasih film doang gua."
"Alah... yang bener...?" Angga menggodaku
"Iya woy, beneran haha... udah ah, mana tadi katanya lo mau ngopy-in lagunya Secondhand Serenade?"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar