7. Keraguan

Gusar di benakku akan keyakinan seorang diri

Terlanjur jauh masuk ke dalam lorong jiwa
Hanya ada 2 kemungkinan di ujung lorong

Cahaya atau jalan buntu?

Entah sudah berapa kali terbersit di pikiranku untuk menyatakan kepada Dinda, tapi itulah aku, ragu, bimbang dan sangat takut untuk mengambil keputusan. Hal yang membat aku ragu akan dirinya adalah memang selama ini kami dekat, dia baik. Bahkan akhir–akhir ini dia sering mengingatkanku untuk ibadah dan sering membangunkanku melalui missed call yang sudah seperti alarm tambahan. Namun apakah dia bersikap baik seperti ini hanya kepadaku? Aku takut salah sangka atau ke-ge er-an kalau dia hanya baik kepadaku, jika ternyata dia memang baik kepada semua temannya? Hal inilah yang selalui menghantui pikiranku akhir-akhir ini dan juga membuat Kamila “geregetan” saat aku bercerita kepadanya.

“Dia emang baik si ke yang laen juga, tapi kalo ke lo, gua ngerasa kaya ada sesuatu yang beda gitu, deketnya kalian itu beda.”

“Masa sih Mil? Itu perasaan lo aja kali, gua takut aja kalo ternyata yang gua pikirin itu bener, duh bisa sesek gua.”

“Hmm... iya sih itu cuma feeling, tapi kan biasanya feeling cewek tepat karena cewek lebih ngutamain feel daripada logika. Beda sama cowok yang lebih ngandelin logika, nih liat diri lo tuh bukti konkretnya. Kebanyakan mikir jadi nggak nembak–nembak kan lo.”

“Iya juga ya, hmm... trus gua harus gimana?”

“Huuh... dasar lo ya, udah gua bilang berapa ribu kali juga, ungkapin! Udah deh kali ini coba dikurangin kadar logika lo biar nggak kebanyakan mikir!”

“Trus menurut lo kapan ya momen yang tepat?”

“Kalo itu sih lo deh yang harusnya lebih tau, yang pasti kalo cewek lebih baik pas moodnya lagi bagus.”

“Kita bisa tau moodnya lagi bagus pas kaya gimana?”

“Ya ampun Nanda...!! Lo peka nggak sih jadi cowok??!! Lo yang sering bareng dia masa lo nggak bisa bedain kapan moodnya lagi bagus, kapan moodnya lagi jelek?!”

Lagi–lagi aku terkena “semprotan” dari Kamila, aku sadar karena aku baru pertama merasa suka dengan perempuan sehingga aku tidak tahu apa saja yang seharusnya aku lakukan, yang kutahu hanyalah bagaimana agar aku tetap bisa bertemu dan berkomunikasi dengannya, itu saja.