4. Perangai

Semenjak tugas kimia ini aku semakin dekat dengan Dinda, dari yang awalnya SMS sekedar membahas tugas kimia, namun ujung-ujungnya topik berubah jadi lebih personal bahkan hal tak penting yang konyol. Tak jarang kami saling SMS hingga tengah malam. Seminggu ini kulalui dengan lebih sering berdua Dinda. Aku sudah dua kali ke rumahnya, sekali menemaninya ke toko buku dan aku jadi sering ke perpustakaan kala istirahat maupun pulang sekolah. Itu semua demi dia, eh bukan, demi tugas kimia maksudnya.


“Yuk ke perpus lanjut ngerjain kimia, tinggal 2 unsur lagi nih." Ajak Dinda.
“Nggak besok aja Din? Kan masih 2 hari lagi, lagian lo nggak pengen cepet pulang aja apa?”
“Masih 2 hari? Itu namanya tinggal 2 hari Nan... ayoklah jangan ditunda biar cepet kelar.”
“Iya iya... hmmm... tapi kalo kali ini nggak di perpus gimana? Bosen, sekali-sekali sambil makan kek hehe...”
“Hmmm... yaudah deh yang penting ngerjain hari ini. Mau dimana?”
“Bakso deket pertigaan gerbang sekolah gimana? Yang sampingnya ada tempat fotocopy-an. Biar nggak jauh, bisa jalan kaki.”
“Oke, lo yang traktir ya? Haha...”
“Wee.. enak aja masing–masing lah.”

Kami pun mengerjakan tugas di laptop sambil banyak berbincang setelah makan. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 16:48. Mulai dari waktu itu saat berbincang sering aku perhatikan senyum dan tawa kecilnya yang khas, sepertinya aku mulai mengaguminya. Entah mengapa hal sesederhana itu sulit aku lupakan hingga terngiang dalam perjalanan pulang. Bagiku dia tak cantik, biasa saja, tapi entah mengapa tak bosan untuk kulihat. Semenjak hari itu aku jadi senang memperhatikan perangainya yang sederhana, tanpa make up sekalipun hanya bedak. Baru pertama kali aku merasa seperti ini terhadap perempuan, mungkinkah ini cinta pertama? Sepertinya aku harus bertemu Kamila.



Senyum dan tawa kecilmu adalah kesederhanaan yang menjangkit ingatanku
Tambah lekat seiring tiap kata yang saling terlontar 
Memenuhi sudut otak hingga memori terbang berangan
Logika premis yang tak dapat kutarik garis konklusi
Jika logika sudah tak sanggup, mungkinkah ini...?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar